Suara
jangkrik menderik memecah kesunyian malam menjadi irama syahdu menemani mimpi
hingga garis batas dunia. Angin dingin menerobos masuk melalui celah dinding
bambu membelai lembut wajah sosok gadis kecil bernama Arsy yang tidur dengan
pulas berselimutkan jarik lusuh. Suara kentongan dari pos ronda menjadi
pertanda sebetar lagi waktu subuh tiba mengusik mimpi perlahan pergi.
Menyadarkan Arsy membuka matanya perlahan mengerjap Lalu menengadahkan tangan
mengucap doa bangun tidur
“Alhamdulillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa ilaihin nushur”.
Terdengar
langkah kaki perempuan setengah baya ibunya Arsy yang bernama Khasanah mengetuk
pintu kamar seraya memanggil Arsy. Tampak tungku kayu bakar sudah menyala
diatasnya panci sudah mengeluarkan asap tanda air mendidih. Dapur beralaskan
tanah dengan sumur yang berada tidak jauh dari tungku membuat aktifitas
keluarga kecil ini mulai riuh rendah sebelum subuh tiba. Bapak mengerek air
untuk mengisi bak mandi dan tempat wudhu, sembari memanggil “Ibu dan Arsy
airnya sudah penuh ayo wudhu dulu ….”. Arsypun menyahut ”Iya Bapak, terima
kasih sudah menyiapkan airnya’. Bersegeralah mereka bertiga bergantian wudhu
dan bersiap menuju masjid yang terletak tidak jauh dari rumah kecil mereka.
Arsy
mempunyai seorang bapak yang bernama Zainuddin, ia adalah seorang petani ulet
dan marbot masjid yang sedari muda
semangat berbagi waktu untuk mengurus, membersihkan, merapikan masjid tanpa
harus banyak mengeluh dilakukan dengan ikhlas. Setiap waktu sholat sering
bertugas menjadi muazim dengan lantunan suaranya yang begitu merdu menggugah
jamaah untuk sholat.Tidak lama jamaahpun datang sholat subuh dimulai dan
diakhiri dengan tausiyah. Wargapun beranjak pulang meneruskan aktifitas pagi
yang sudah menanti.
Keluarga
Arsy kembali dengan aktifitasnya, Bu Khasanah memasak didapur dibantu Arsy
mencuci piring. Pak Zainuddin sibuk mempersiapkan pupuk kandang yang akan dibawa
kesawah. Sarapan pagi sudah siap tersaji dimeja kayu, bekal kesawahpun sudah dimasukkan
kedalam rantang. Teh hangat dan singkong rebus menjadi menu pagi, mereka
bertiga segera duduk mencuci tangan lalu membaca doa makan “Allahumma bariklana
fiima rozaqtana waqina adza bannar aamiin …..” tidak perlu waktu lama
singkongpun disantap dengan penuh rasa syukur diiringi canda tawa penuh
keakraban. Segera mereka berganti baju yang panjang dan memakai capil agar
kulit tidak terbakar sengatan panasnya matahari.
Wabah
Covid-19 melanda seluruh negeri membawa dampak besar disemua lini kehidupan. Sekarang
Arsy tidak belajar tatap muka disekolah, dia tidak punya handphone seperti
kawan-kawannya sehingga tugas diberikan langsung oleh gurunya setiap seminggu
sekali Arsy datang lalu mengambil dan mengumpulkan tugas naik sepeda dengan
semangat. Pekerjan orang tuanya menjadi petani tidak membuat Arsy malu.
Keadaanya yang serba terbatas tidak menjadi halangan bagi Arsy untuk belajar
dan membantu orang tua. Setiap pagi Arsy ikut kesawah sembari belajar
didampingi orang tuanya disela-sela kesibukan bertani.
Sawah
Arsy terletak tidak jauh dari sekolahnya, perjalanan menuju kesana melalui
jalan tanah yang berkerikil. Ada sungai
kecil yang mengitari sawah keluarga Arsy
sebagai sumber mata air pertanian yang diandalkan warga sekitar mengolah
sawah. Tepat pukul 06.00 wib mereka sampai disawah, Bapak dan Ibunya menaruh
sepeda di dekat gubuk kecil yang mereka buat untuk tempat beristirahat. Sudah
tiga bulan yang lalu mereka menanam sayuran sehingga kini sudah mulai bisa
dipanen. Hasilnya lumayan banyak hari ini sebagian untuk dikonsumsi sendiri,
berbagi dengan tetangga dan sebagian lainnya bisa dijual kewarung.
Pak
Zainuddin tampak berjalan dipematang sawah mendekati Arsy dan Ibunya. Mengajak
mereka berdua untuk beristirahat dan sholat dhuha. Sembari membantu mengangkat
sayuran kegubuk, mereka bertiga berjalan beriringan dipematang sawah.
Sesampainnya digubuk mereka bertiga berganti baju yang bersih lalu wudhu
dipancuran disungai yang airnya mengalir jernih. Dinginnya air sungai yang
dipakai wudhu menyegarkan badan, lalu mereka sholat dhuha digubug berjamaah.
Usai sholat dhuha bapak memberi pesan agar
Arsy belajar dengan rajin sehingga kelak bisa mewujudkan cita-citanya menjadi
seorang guru walaupun orangtuanya hanya seorang petani. Insaya Allah dengan
tekad yang kuat akan Alah akan memberikan jalan. Arsy merajuk kepada bapaknya
iapun berkata “Bapak bolehkah Arsy menyampaikan keinginan untuk memiliki
handphone seperti teman-teman sehingga bisa belajar daring. Tanpa harus
mengambil tugas kesekolah. Mereka juga bisa mengabadikan kegiatan lewat foto.
Bisa saling berkomunikasi lewat telepon atau chat. Arsy terkadang merasa sedih
kenapa Arsy tidak dibelikan bapak ?.....”.
Sambil
mengelus kepala Arsy bapakpun berkata”Mewabahnya Corona menjadi ujian untuk
kita semua, banyak yang terinveksi kita bersyukur diberikan kesehatan. Untuk
membeli handphone itu butuh uang yang banyak nduk, sementara ini bapak yang
tidak punya tabungan. Uang hasil sawah digunakan untuk modal bertani dan
mencukupi kebutuhan hidup, membayar uang sekolahmu.. Insya Allah jika panen
kita bagus kita bisa menabung sedikit demi sedikit. nanti bisa membelikanmu
handphone”.
Arsy
mendengarkan dengan seksama nasehat bapaknya, diapun menitikan air mata penuh
keharuan. Iapun berkata ”Maafkan Arsy yang tidak mengerti Bapak dan Ibu yang
sudah susah payah, sehingga permintaanku menjadi beban pikiran. Arsy akan
semangat belajar walaupun tidak memakai handphone tetap bisa mengerjakan tugas
dengan baik “ . Tekad Arsya agar bisa menjadi anak yang berbakti diapun meminta
agar ayah dan ibunya untuk senantiasa mendoakannya. Kemarin Ia ikut lomba
menulis cerpen anak semoga tulisannya menjadi sebuah kisah yang bermanfaat.
Setiap
hari Arsy didampingi ibunya belajar dimanapun, baik ketika disawah maupun dirumah kendati hanya lulusan SD Bu Khasanah
adalah sosok Ibu yang suka membaca dan perhatian.. Gubuk disawah menjadi tempat
yang nyaman bagi Arsy belajar dan menyelesaikan tugas yang diberikan gurunya.
Saat ini Ia duduk di kelas 6 MI Muhammadiyah Tanjung Inten Purbolinggo Gurunya
bernama Bu Siti Asiyah. Pelajaran hari ini Ia mendapatkan tugas melakukan
pengamatan hewan yang berkembangbiak secara ovipar atau bertelur. Lalu
menuliskan laporanya kedalam lembar kerja yang sudah diberikan bugurunnya
minggu lalu.
Arsy
segera mengamati lingkungan sawah yang ada disekitarnya didampingi ibunya. Dari
pengamatan yang dilakukan Arsy, ia dapat menyimpulkan bahwa hewan yang berkembangbiak
dengan cara bertelur, Tempat hidupnya didarat adalah semut, belalang, katak,
bebek, kupu-kupu. Hewan ovipar yang hidup di air yang ia temukan adalah ikan.
Hari ini ia dapat pengalaman berharga bahwa lingkungan sawahnya menjadi kelas
termewah. Banyak ilmu yang ia dapatkan secara langsung dan itu sangat
menyenangkan. Ternyata menjadi anak petani itu membanggakan punya ruang kelas
yang terbentang luas.
Tampak
Bu Khasanah menghampiri Arsy untuk lalu mengajaknya segera kembali kegubuk
untuk bersiap pulang sembari mampir ke sekolahnya mengumpulkan tugas. Mereka
bertiga Kembali mengayuh sepeda menuju sekolah untuk menenmani Arsy mengumpul
tugas. Sampailah mereka bertiga dihalaman sekolah lalu memarkirkan sepeda
ditempat parker lalu berjalan menuju kantor. Segera Arsy mengucap salam lalu
dibalas oleh Bu Siti Asiyah sembari mempersilahkan mereka duduk. Dengan antusias
Arsy menyerahkan tugas,Bu Siti Asiyah kemudian memeriksanya beliaupun berkata”
Hasil pengamatan bagus dilakukan langsung dialam, semua kriteria hewan yang
disebutkan sudah benar. Walau tidak belajar daring menggunakan handphone namun
selalu selesai tepat waktu dengan nilai yang baik”.
Terdengar
suara laju motor melintas didepan kantor memasuki parkir guru. Ternyata yang
datang adalah Pak Arief Kurniawan Kepala
MIM Tanjung Inten. Beliau lalu ikut bergabung duduk di ruang tamu, sembari
menyampaikan kabar beliau berkata “Lomba menulis cerpen secara virtual yang diadakan kantor Bahasa Propinsi Lampung
yang diikuti Arsy sebulan yang lalu sudah keluar pengumumannya. Alhamdulillah
Arsy mendapatkan Juara 1 jadi berhak mendapatkan hadiah piala, sertifikat, dan uang pembinaan.
Besok pagi rencananya bisa kita ambil hadiahnya, Buguru Siti Asiyah, Arsy
didampingi orang tua bisa ikut bersama saya kesana dengan menggunakan protokol
kesehatan”.
Sontak
mereka mengucapkan “Alhamdulillah …….”. Buguru Siti Asiyah dengan wajah Bahagia
berkata ”Buguru sangat bangga kepada Arsy ditengah pandemi dan keterbatasan
bisa melahirkan karya yang menginspirasi. Semangat Arsy untuk terus berjuang
belajar dimanapun dan kapanpun dengan kemauan yang tinggi mampu menepis Corona
dengan karya nyata.” Semoga kelak kamu bisa menjadi penulis besar”. Arsypun menjawab
“Aamiin …., terima kasih banyak Buguru, atas bimbingannya selama ini sudah
begitu sabar mengajari Arsy menulis cerita dan puisi. Arsy akan semakin
semangat menulis walau diatas kertas dengan tinta sederhana buguru bantu
mengetik lalu mengirimkannya. Bagi Arsy itu sangat berharga sebuah cerpen
kisah saya dalam belajar dengan judul “Tinta
Emas di Pematang Sawah” bisa menjadi juara”.
Pak
Zainuddin mengucapkan terima kasih kepada Pak Arief Kurniawan selaku kepala
sekolah, Bu Siti Asiyah selaku guru yang begitu sabar menmbimbing Arsy. Memohon
doa dari semua agar kelak anaknya bisa mengikuti jejak mewujudkan cita-citanya
menjadi seorang guru. Lalu mereka bertigapun ijin pamit pulang, menaiki sepeda
dengan rasa bahagia sejuta asa mengiringi perjalanan hingga bayangan mereka
hilang diujung jalan depan sekolah. (Endah/Hsb/Pj)