Search

Direktur KSKK Madrasah Berikan Penguatan Kurikulum Berbasis Cinta Bagi Guru Madrasah di MAN Insan Cendekia Lampung Timur

Direktur KSKK Madrasah Berikan Penguatan Kurikulum Berbasis Cinta Bagi Guru Madrasah di MAN Insan Cendekia Lampung Timur

Lampung Timur, MAN IC (Humas) --- Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si., hadir di MAN Insan Cendekia Lampung Timur pada Selasa (9/9/2025) untuk memberikan penguatan terkait Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Kegiatan yang berlangsung di aula madrasah ini dihadiri oleh Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Provinsi Lampung, H. Ahmad Rifa’i, S.E., M.M., Kepala Kantor Kemenag Lampung Timur, H. Indrajaya, S.Ag., M.AP., serta para kepala madrasah dan guru MI, MTs, dan MA negeri maupun swasta se-Lampung Timur.


Acara dimoderatori oleh Kepala MAN Insan Cendekia Lampung Timur, Dr. H. Muhammad Naim, S.Pi., M.Pd., yang dengan profesional memandu jalannya kegiatan sehingga diskusi dan penguatan kurikulum berjalan lancar dan interaktif.


Dalam sambutannya, Prof. Nyayu Khodijah menyampaikan rasa syukur atas kesempatan bertemu dengan para kepala madrasah dan guru. Ia memaparkan latar belakang pengembangan kurikulum berbasis cinta sebagai fokus utama Kementerian Agama.

"Kurikulum berbasis cinta ini merupakan terobosan dalam menghadapi dua krisis besar saat ini, yaitu krisis kemanusiaan dan kerusakan lingkungan," ujarnya.



Prof. Nyayu menjelaskan bahwa kurikulum berbasis cinta tidak hanya mencakup materi akademis, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai cinta kasih yang bersumber dari ajaran agama. Cinta yang dimaksud tidak hanya terbatas pada cinta antar sesama manusia, tetapi juga mencakup cinta kepada Allah, lingkungan, ilmu pengetahuan, diri sendiri, dan tanah air.

“Upaya ini merupakan langkah jangka panjang untuk membentuk karakter peserta didik yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan lingkungan,” tambahnya.



Lebih lanjut, Prof. Nyayu menegaskan pentingnya peran guru agama dalam membentuk religiositas siswa secara menyeluruh, yang meliputi lima dimensi: keimanan, pengetahuan, penghayatan, peribadatan, dan pengamalan. Ia menekankan bahwa KBC hadir sebagai pelengkap, bukan pengganti, peran guru agama dalam mendidik siswa dengan nilai-nilai cinta sejati yang merupakan inti ajaran Islam maupun agama lainnya.

Pengembangan kurikulum berbasis cinta ini melibatkan kolaborasi dengan para ahli pendidikan dan telah melalui berbagai tahap uji coba, termasuk uji publik. Saat ini, kurikulum tersebut telah resmi diluncurkan oleh Menteri Agama di Makassar.



Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh Dr. H. Muhammad Naim, S.Pi., M.Pd. Para peserta aktif mengajukan pertanyaan seputar implementasi KBC di madrasah masing-masing. Sesi ini berlangsung interaktif dan memberikan banyak wawasan bagi para peserta sebagai bekal dalam menerapkan Kurikulum Berbasis Cinta di lingkungan madrasah.

Acara ditutup dengan penegasan bahwa pendidikan berbasis cinta merupakan solusi strategis untuk mengatasi berbagai tantangan sosial dan lingkungan yang dihadapi madrasah dan masyarakat luas.

Usai acara di aula, di sela waktu istirahat di saung MAN IC Lampung Timur, Direktur KSKK diwawancarai oleh Ulinnuha Nadia Shulha (XIC), Divisi Humas OSIM MAN Insan Cendekia Lampung Timur.

Dalam wawancara tersebut, Ulinnuha menanyakan latar belakang dan tujuan utama hadirnya Kurikulum Berbasis Cinta di madrasah serta harapan Prof. Nyayu bagi siswa-siswi madrasah.

Prof. Nyayu menjelaskan, munculnya KBC dilatarbelakangi oleh dua hal penting yang menjadi perhatian Menteri Agama, yakni krisis kemanusiaan dan krisis lingkungan.

“Kita melihat di banyak tempat terjadi konflik, diskriminasi, intoleransi, bahkan kekerasan dan perundungan, termasuk di lembaga pendidikan. Itu menandakan krisis kemanusiaan sudah meluas. Fenomena kedua adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir dan tanah longsor, yang sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia,” ungkapnya.



Lebih lanjut, Prof. Nyayu menekankan bahwa solusi yang dihadirkan tidak bisa bersifat jangka pendek, tetapi harus menyentuh akar nilai dalam diri manusia. Menurutnya, krisis tersebut terjadi karena manusia semakin kehilangan nilai cinta.

“Dalam ajaran Islam, cinta adalah inti dari agama. Jika Al-Qur’an diperas, maka intinya adalah Al-Fatihah. Dan bila diperas lagi, ada pada kata Ar-Rahman dan Ar-Rahim, yang bermakna cinta dan kasih sayang. Allah menekankan sifat kasih sayang-Nya kepada manusia, maka sudah selayaknya kita meneladani sifat itu demi kebaikan bersama, baik bagi manusia, lingkungan, maupun makhluk hidup lainnya,” jelasnya.



Terkait tujuan, Direktur KSKK Madrasah menegaskan bahwa melalui KBC, madrasah diharapkan dapat melahirkan generasi yang inklusif, toleran, penuh cinta kasih, moderat, serta memiliki empati tinggi.



Di akhir wawancara, Prof. Nyayu menyampaikan harapannya kepada siswa madrasah, khususnya siswa MAN Insan Cendekia Lampung Timur.

“Saya berharap siswa madrasah menjadi generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berhati lembut, peduli sesama, menjaga lingkungan, serta mampu membawa semangat cinta dalam setiap aspek kehidupan. Itulah esensi dari Kurikulum Berbasis Cinta,” tutup Prof. Nyayu.

(Wid/Tim Humas)