Batanghari, Lampung Timur (Humas KUA) — Dalam rangka memperkuat ketahanan remaja menghadapi tantangan era digital, Kantor Urusan Agama (KUA)Batanghari kembali menjalin kolaborasi strategis dengan layanan kesehatan desa melalui kegiatan Posyandu Remaja. Kegiatan yang berlangsung pada Ahad (03/08/2025) di Balai Desa Telogorejo ini menggandeng dua penyuluh agama Islam, Nurlailani, S.H.I., dan Siti Alkhomah, S.H., sebagai narasumber utama.
Mengusung tema “Remaja Zaman Now: Tetap Islami dan Keren”, kegiatan ini dihadiri oleh remaja putri setempat, kader Poskesdes, serta Bidan Desa Telogorejo, Prasusiati. Acara berlangsung interaktif dan edukatif, menghadirkan penyuluhan yang menggabungkan pendekatan spiritual, psikologis, dan sosial budaya.
Dalam sesinya, Nurlailani mendorong para peserta untuk menjadi remaja yang seimbang secara fisik dan mental. Ia menekankan pentingnya pola hidup sehat yang dipadu dengan kedisiplinan ibadah. “Media sosial boleh jadi alat belajar, tapi jangan sampai menjauhkan kita dari Al-Qur’an dan akhlak,” pesannya.
Sementara itu, Siti Alkhomah mengupas pentingnya self-awareness, komunikasi sehat dalam keluarga, serta pemahaman awal tentang keadilan gender. Ia juga mengangkat isu aktual seperti bahaya konten negatif, pergaulan bebas, dan penggunaan gawai tanpa kontrol. “Kita tidak bisa melarang gadget, tapi kita bisa mendampingi dan membimbing cara pakainya,” ungkapnya.
Kegiatan ini bukan hanya ajang penyuluhan, tetapi juga ruang dialog terbuka antara remaja dengan para narasumber. Sesi tanya jawab berlangsung aktif, diakhiri dengan pembagian media edukatif berupa poster digital bertema akhlak remaja.
Bidan Desa Telogorejo, Prasusiati, menyampaikan apresiasinya atas keterlibatan aktif KUA Batanghari. “Sinergi lintas sektor seperti ini sangat dibutuhkan. Penyuluh agama punya pendekatan yang berbeda, dan ini melengkapi edukasi kesehatan remaja dari sisi spiritual dan moral,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, KUA Batanghari kembali menegaskan komitmennya dalam membina generasi muda agar siap menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri keislaman. Kolaborasi seperti ini diharapkan dapat menjadi model pembinaan remaja yang berkelanjutan dan berdampak nyata di masyarakat. ***(NL)