• 10 August 2025 21:16:23

Mengapa Banyak Pernikahan Gagal ? Ini Empat Sebabnya


Tanpa Cinta, Musyawarah, Tolong Menolong dan Memaafkan : Ke Mana Arah Rumah Tangga Ini?

(Oleh Khoirul Anam, S.TH, disampaikan saat memberikan nasehat pernikahan di Desa Betengsari Kecamatan Jabung, 16 Juni 2025)

Pernikahan sejati bukan sekadar proses penerimaan dan pencatatan administrasi. Pernikahan sejati adalah pertemuan dua insan, dua karakter, dua kebiasaan, dan dua dunia, yang ingin bersatu dalam satu tujuan: membangun keluarga sejahtera, mawaddah, wa rahmah. Namun, apakah semua rumah tangga benar-benar bisa sampai ke titik itu?

Pertanyaan ini penting untuk kita ajukan di tengah maraknya angka perceraian di Indonesia. Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2022 menunjukkan lebih dari  516.000 kasus perceraian  terjadi hanya dalam kurun waktu satu tahun. Angka ini tidak hanya mengkhawatirkan, tetapi juga menggambarkan adanya keretakan pada fondasi keluarga kita.

Jadi, apa masalah sebenarnya?

Bila ditelusuri lebih dalam, sebagian besar perceraian bukan disebabkan oleh satu peristiwa besar, melainkan runtuhnya empat nilai utama dalam pernikahan, yakni  tahabub (saling mencintai), tasyawur (musyawarah), ta'awun (saling menolong), dan ta'afwu (saling memaafkan).

Tanpa cinta, pasangan menjadi orang asing di bawah satu atap. Rumah bukan lagi tempat kembali, tetapi hanya persinggahan. Tanpa komunikasi yang sehat, setiap perbedaan berpotensi menjadi konflik. Tanpa kerja sama, beban rumah tangga menjadi tidak berarti. Dan tanpa pengampunan, luka-luka kecil menumpuk menjadi dendam yang merusak.

Laporan tahunan Mahkamah Agung RI (2023) mencatat  penyebab perceraian tertinggi adalah pertengkaran terus-menerus (23,6%) , diikuti  ketidakharmonisan rumah tangga (17%),  dan  masalah tanggung jawab rumah tangga (11%) . Semua itu pada dasarnya merupakan cerminan dari hilangnya keempat nilai tadi.

Dalam Islam, tahabub merupakan nafas dari ikatan suci pernikahan. Al-Qur'an menyebutkan dalam QS. Ar-Rum ayat 21 bahwa Allah menciptakan pasangan agar manusia menemukan kedamaian hati, dan menjadikan cinta dan kasih sayang di antara mereka. Tanpa tahabub, cinta hanyalah formalitas yang rapuh.

Tasyawur, atau musyawarah, adalah dasar dari segala bentuk penyelesaian konflik. Suami istri bukanlah pesaing, melainkan mitra yang harus saling mendengarkan. Sayangnya, komunikasi sering kali menjadi titik lemah. Banyak yang berbicara satu sama lain, tetapi tidak saling mendengarkan.

Ta'awun adalah semangat gotong royong. Dalam rumah tangga, beban hidup tidak bisa ditanggung sendiri. Kita butuh kehadiran, bantuan, dan empati satu sama lain. Ketika salah satu pihak merasa sendiri dalam mengurus anak, ekonomi, atau pekerjaan rumah, maka runtuhnya kepercayaan hanya tinggal menunggu waktu.

Dan yang tak kalah penting, ta'afwu—saling memaafkan. Pernikahan bukan tentang mempertemukan dua orang yang sempurna, tetapi tentang dua orang yang belajar memaafkan ketidaksempurnaan satu sama lain. Kurangnya saling memaafkan adalah jalan cepat menuju perpisahan.

Pertanyaannya kini menjadi jelas:  apakah rumah tangga yang telah kehilangan keempat nilai tersebut masih dapat bertahan?  Jawaban jujurnya adalah: sangat tidak mungkin. Dan jika dibiarkan, pernikahan semacam itu tidak akan berakhir di lantai dua, melainkan di pengadilan agama.

Untuk itu, kita perlu membangun kembali rumah tangga dengan fondasi spiritual dan sosial yang kuat. Pembinaan pra-nikah dan pasca-nikah perlu diperkuat. Para pendidik agama dan tokoh masyarakat perlu lebih terlibat dalam membangun nilai-nilai ini secara konsisten.

Karena sejatinya, rumah tangga yang sehat bukanlah rumah yang bebas dari masalah. Rumah tangga yang sehat adalah rumah tangga yang mampu mengelola masalah dengan cinta, komunikasi, kerja sama, dan saling memaafkan.

Semoga rumah tangga kita tidak hanya bertahan di atas kertas, tetapi juga kuat dalam kenyataan, 'dengan penuh semangat dan keyakinan bahwa dengan modal 4T atau 4 triliun bercanda, rumah tangga SAMARA jelas akan unggul dan cemerlang'. tutup MKA.

 

Kantor Kementerian Agama Kebupaten Lampung Timur

Jl. Sampoerna Jaya No.05 Desa Negara Nabung Kec. Sukadana Kab. Lampung Timur
Email : kablampungtimur@kemenag.go.id

Kontak Kami